Cari Blog Ini

DIKSI KU

Rintik air hujan yang udah tiap hari, tidak menyurutkan semangat kepingin main saya minggu itu. Maklum udah beberapa bulan ini, kok kayaknya gak pernah liat laut. Niatnya yang penting liat laut.

Maksud hati cari pantai yang seru dan yang belum pernah. Awalnya coba berangkat ke Pantai Kondang Iwak di Desa Tulungrejo Kecamatan Donomulyo Malang bagian selatan sana. Tapi astaga... ada banjir. Jadi jalannya keputus arus sungai yang meluap. Padahal lumayan lah sekitar 6 km dari perempatan pasar Pagak udah masukin jalur kesana, tapi balik kanan. Akhirnya kita balik kanan.

Lanjut kemana ya aku, si Scoopy dan orang yang boncengin?

Yak terus lanjut ke pantai Jonggring Saloko aja deh. Ya pantai Jonggring Saloko, bukan puncak di Mahameru lho. Masih di Kecamatan Donomulyo, Pantai ini ada di Desa Mentaraman tepatnya Dusun Kondangtowo.

Jalur ke pantai pagi-siang itu bisa dibilang lagi gak gampang. Jalur makadam becek licin berlumpur dan banjir ya tetep kita lewatin. Jalur makadam ditengah hutan ini sekitar 7 km lah.  Yang penting main..

Jam setengah 2 (13.30 WIB) tet sampe di pantai. Dari dulu mau ke pantai perawan ini tapi gak kesampean. Di sana istirahat aja nikmatin lukisan alam ada pohon kelapa, pasir putih, batu karang, laut, ombak, panas, dan angin sepoi. 

Fix.. pantai ini sepi. Tapi suka. Suka pantai nya, suka ombaknya, suka sepinya, suka...
   .

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Cagar Alam Waigeo Barat, Raja Ampat
Kawasan hutan Cagar Alam Waigeo Barat ini ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.395/Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981 dengan luas 153.000 Ha dan merupakan wilayah dengan pemanfaatan lahan terluas di daerah Waigeo Barat. Namun setelah dilakukan kegiatan penataan batas yang di lakukan oleh Sub Biphut Manokwari, kawasan hutan Cagar Alam Pulau Waigeo Barat memiliki luas definitif 95.200 Ha. Cagar Alam Pulau Waigeo Barat secara geografis terletak antara 130°16’ BT sampai 130°56’ BT dan 0°25’ LS. Topografi pada umumnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Flausa ± 519 meter dpl.

Kondisi tutupan lahan di cagar alam ini masih didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer. Beberapa sungai kecil mengalir di kawasan ini dan pada umumnya membentuk hutan bakau dan sagu pada bagian muaranya. Sungai Raja adalah salah satu sungai di bagian Barat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat karena dianggap petilasan Raja Ampat. Formasi batuan dalam kawasan ini merupakan batuan basah dan neogen dengan jenis tanah podsolik. Sebagian besar daratan Waigeo didominasi oleh laterit ultrabasic. Di daerah pantai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut laut formasi batuan merupakan campuran podsolik dan rendzina.

Cagar Alam Pulau Waigeo Barat memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini mencakup areal hutan di kaki perbukitan dan pegunungan rendah di bawah 1.000 meter, yang terdapat di atas lapisan batuan kapur (limstone), batuan magma, dan batuan vulkanik. Dari segi faunanya kawasan ini adalah yang terpenting di antara pulau-pulau Raja Ampat (Petocz, 1987). Tercatat 171 jenis burung dan 27 jenis mamalia dimiliki kawasan ini.

CA Waigeo Barat sebagai habitat cenderawasih

Medan sungai yang dijumpai sepanjang perjalanan

Istirahat....

Pengelolaan hutan cagar alam secara adat sama dengan daerah papua lainnya yaitu berdasarkan marga yang ada di kampung tersebut dan luas nya sudah diatur melalui kesepakatan bersama dengan batas-batas yang digunakan yaitu sungai, bukit, dan gunung. Kampung Saporkren sebagai salah satu kampung penyangga Cagar Alam Waigeo Barat masyarakatnya telah memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga hutan. Masyarakat selalu meminimalisir aktivitas penebangan pohon. Menebang pohon hanya untuk kebutuhan tertentu seperti untuk pembuatan rumah dan infrastruktur kampung. Setiap penebangan kayu harus melalui izin pemerintah kampong. Di Distrik Waigeo Selatan, masyarakat kampung tidak diizinkan menjual atau membawa segala jenis kayu keluar pulau.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



Memasuki Kota Sorong belum lengkap rasanya bila tidak menyempatkan waktu untuk mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Sorong. TWA Sorong merupakan satu-satunya kawasan hutan yang masih terjaga di wilayah Kota Sorong. Selangkah saja memasuki gerbang pintu masuknya, mata akan langsung tertegun dengan suguhan panorama hutan, kerapatan vegetasi yang tinggi, dan tentu udara sejuk yang jauh berbeda dengan penatnya suasana kota. Berbeda dengan hutan kota yang ada di kota-kota besar lain di Indonesia, TWA Sorong menyimpan suasana keasrian hutan tropis yang masih terjaga layaknya hutan-hutan yang jauh dari hiruk pikuk dan gangguan.

TWA Sorong merupakan hutan konservasi yang dikelola langsung oleh Balai Besar KSDA Papua Barat tepatnya Seksi Konservasi Wilayah II Teminabuan, Bidang KSDA Wilayah I Sorong.  Kawasan TWA Sorong terletak pada koordinat 0o51’ – 0o58’ Lintang Selatan dan 131o21’–131o19’ Bujur Timur. Secara administratif kepemerintahan kawasan ini masuk dalam wilayah Distrik Sorong Timur Kota Sorong, Propinsi Papua Barat. TWA Sorong merupakan kawasan konservasi dengan fungsi utama sebagai kawasan pelestarian alam (KPA) yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 397/Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981 dengan luas 945,9 Ha (RPJM TWA Sorong).

Tim Kehutanan Subkorwil-2/ Sorong-Raja Ampat secara langsung melihat keanekaragaman jenis tumbuhan berkayu yang ada dalam kawasan hutan ini. Pohon-pohon bernilai ekonomi tinggi seperti damar, merbau, dan kayu cina dengan berbagai diameter batang  mendominasi vegetasi di TWA ini. Tumbuhan-tumbuhan ini memberikan gambaran betapa besarnya potensi hutan kayu di Papua Barat. Secara umum keberadaan TWA Sorong sebagai kawasan konservasi berperan penting dalam menyangga kehidupan berbagai jenis keanearagaman hayati baik tumbuhan maupun satwa. Letaknya yang berada di wilayah kota, menjadikan hutan ini sebagai harapan keberlanjutan kehidupan Kota Sorong dalam menjaga keseimbangan ekosistem kota yakni sebagai penyedia air bersih dan pemenuhan kebutuhan rekreasi alam.









Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hutan mangrove yang cantik, air terjun yang dahsyat, dan rahasia  lubang bawah tanah yang tak terlihat, menambah semangat penjelajahan kami di siang itu.


Distrik Makbon merupakan wilayah kabupaten Sorong yang berada dibagian utara berbatasan langsung dengan samudra pasifik, memiliki garis pantai dan kontur berbukit. Tim mengunjungi hutan mangrove di Kampung Teluk Dore. Pohon mangrove yang mendominasi yaitu jenis Buruguiera sp. dan Rhizopora sp. dengan diameter batang berkisar 15-20 cm. Hutan mangrove berperan sangat penting bagi ekosistem yaitu sebagai penahan abrasi air laut, habitat beragam biota, tempat memijahnya beberapa biota laut dan masih banyak manfaat lainnya.

Selanjutnya, beberapa potensi yang berada di kawasan hutan Distrik Makbon diantaranya yaitu air terjun dan gua. Air tejun berada di dalam kawasan hutan Kampung Kuadas Distrik Makbon. Air terjun setinggi 8 m ini mengalir deras dan menjadi sumber pembangkit listrik di Kampung Kuadas. Disekitaran air terjun dibangun bendungan dan adanya mesin turbin sebagai penggerak.

Saat berada di Kampung teluk Dore, tim mengunjungi salah satu goa horizontal yang dikramatkan oleh masyarakat setempat. Goa ini tidak memiliki nama tertentu. Goa dianggap sebagai tempat bersemayamnya arwah para leluhur sehingga setiap aktivitas kampung terutama yang berkaitan dengan pembukaan hutan dan pembangunan  akan dibuatkan sesaji dan diletakkan di mulut gua. Ornamen-ornamen cantik seperti stalaktit, flowstone, dan draperies menambah keindahan goa ini.


Mangrove Paradise

Transportasi laut mengunjungi pulau-pulau di Makbon


Ada ruang bawah tanah juga

Tim hutan makbon


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pulau Um di depan mata

Rimba kelelawar

Menginjakkan kaki di Distrik Makbon, mengantarkan kami ke sebuah pulau kecil dengan pesonanya yang luar biasa. Pulau ini dihuni oleh sang mamalia terbang, kelelawar. Pulau Um atau Pulau Kelelawar adalah sebutan pulau ini. Kawanan kelelawar dengan suara-suara bisingnya mewarnai kesunyian pulau ini. Secara administratif pulau ini berada di dalam kawasan hutan lindung Distrik Makbon, Kabupaten Sorong. Dibutuhkan akses laut dengan perahu untuk sampai di pulau ini sekitar 30 menit dari pusat distrik Makbon. Pasir yang putih bersih menghiasi pantainya. Vegetasi di pulau ini didominasi oleh tumbuhan cemara yang tumbuh kokoh dengan kondisinya yang masih sangat baik.

Keunikan Pulau Um di Distrik Makbon menjadi daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Sorong. Distrik Makbon yang berada di sebelah utara Kabupaten Sorong ini memang menyimpan  pesona kawasan hutan lindung yang luar biasa termasuk Pulau Um. Kerusakan Pulau Um di masa mendatang menjadi ancaman tersendiri. Keberadaannya sebagai habitat kelelawar menjadi tantangan tersendiri dalam pengelolaannya. Kerusakan sedikit saja akan mengancam keberlanjutan hidup kelelawar. Pengelolaan secara optimal baik dari pemerintah maupun masyarakat sangat penting dilakukan demi pulau Um yang mempesona dan tetap lestari. 

Ini orang-orang nya


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Postingan Populer

  • Luweng Ombo, Gua vertikal terdalam se- pulau Jawa
  • MENILIK CAGAR ALAM WAIGEO BARAT RAJA AMPAT
  • Mata Air Panas Klayili, Rahasia di Balik Rimba Klayili

Aku

Erma. Ilmu Tanah UB '10. Learning @impalaub. Tenang tidak menghanyutkan. Malang

Blog Archive

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Created with by ThemeXpose