Singgah di negeri Mangga Dua.
Negeri (desa) ini adalah negeri terpencil yang letaknya
memang jauh di pedalaman. Negeri ini
adalah negeri penyangga kawasan Taman Nasional Manusela. Disini tinggal mereka
penduduk asli tanah seram yakni suku naulu. Senyuman ramah masyarakatnya yang
berkulit hitam menyapa dan menyambut kami Tim Ekspedisi Gua dan Karst “Pulau
Seram”. Salah satu yang menjadi pemandangan kami adalah anak-anak. Anak-anak
kecil mengerumuni kami. Mereka terlihat lusuh. Berkulit hitam, rambut dan
pakaian di badan yang terlihat berantakan, perut buncit, kaki yang kusam karena
tidak memakai alas kaki, serta hidung yang tak bersih dari hingus.
Perempuan-perempuan muda yang sepatutnya belum berusia remaja sudah hamil dan
menggendong anaknya. Para ibu-ibu yang sedang membersihkan kutu di kepala
anaknya juga ramah menyapa kami. Inilah
kondisi yang kami lihat. Rumah-rumah berdiri kokoh dengan atapnya yang terbuat
dari pelepah pohon sagu merupakan tempat tinggal mereka. Rumah ini terlihat
unik. Jumlah rumah yang ada memang tidak banyak. Dalam satu rumah biasanya
dihuni oleh banyak anggota keluarga. Fasilitas yang ada sangatlah minim. Arus
listrik jelas tidak menyentuh negeri ini. Bagi mereka yang ingin mengenyam
pendidikan SD haruslah berjalan kaki jauh ke desa di bawah. Begitu pula
fasilitas lainnya. Ya ini memang negeri terpencil. Jumlah penduduknya juga
tidak begitu banyak. Banyak yang sudah pergi merantau dan hanya mereka yang
kuat yang bertahan disini. Mereka masih aktif
memanfaatkan hasil alam untuk menunjangkehidupan sehari-hari. Mereka
masih kerap memburu hewan liar seperti rusa dan ular untuk dijadikan santapan.
Ya inilah sekilas cerita tentang negeri Mangga Dua (erma).
![]() |
bersama mereka, masyarakat terpencil di Negeri Mangga Dua |
0 komentar